12 Dec 2017 18:00 WIB
Vaksin Tetanus Dapat Membantu Mengobati Tumor Otak, Benarkah?
Sebuah penelitian kecil menemukan petunjuk bahwa vaksin tetanus ternyata memiliki manfaat lain selain dari mencegah terjadinya tetanus.
Satu dosis vaksin tetanus dapat membuat seorang penderita tumor otak yang mematikan untuk hidup lebih lama saat diberikan bersamaan dengan pengobatan tumor tersebut. Hal ini dikarenakan pemberian vaksin membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih "waspada", yang membuat pengobatan pun menjadi lebih efektif.
Baca juga: Apa Efek Samping Vaksin DPT?
Pada penelitian ini, para peneliti mengamati sekitar 12 orang penderita tumor otak. Beberapa orang di antaranya yang telah menerima vaksin tetanus dapat hidup beberapa tahun lebih lama dibandingkan dengan penderita lainnya yang tidak pernah diberikan vaksin tetanus.
Walaupun hasil penelitian ini tampak menjanjikan, akan tetapi karena penelitian ini hanya merupakan sebuah penelitian kecil, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih besar untuk memastikan hasil penelitian ini.
Penelitian ini berfokus pada pengobatan glioblastoma, sejenis tumor otak yang sering ditemukan dan cukup ganas. Tumor otak ini dapat kembali tumbuh dan membunuh penderitanya, bahkan setelah penderita melakukan tindakan pembedahan untuk mengangkat tumor. Berbagai pengobatan yang digunakan untuk mengobati tumor ini pun hanya memiliki sedikit efek. Sekitar setengah dari penderita glioblastoma meninggal dalam waktu 15 bulan setelah diagnosa.
Pada penelitian ini, para peneliti menggunakan imunoterapi sebagai dasar penelitiannya. Imunoterapi merupakan suatu terapi yang menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker.
Pada penelitian ini, para peneliti menggunakan sebuah strategi spesifik yaitu vaksin sel dendritik. Pada keadaan ini, para peneliti mengangkat sel darah tertentu dari seorang penderita dan melengkapi mereka dengan sebuah zat kimia tertentu yang dapat ditemukan di dalam tumor. para peneliti kemudian mengembalikan sel ini ke dalam tubuh penderita, di mana mereka akan "melatih" sistem kekebalan tubuh untuk membunuh sel kanker.
Para peserta penelitian di dalam penelitian ini telah melalui berbagai pengobatan seperti tindakan pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Kemudian para peserta penelitian menerima satu dosis vaksin DPT dan 3 kali suntikan yang terdiri dari sel tubuh mereka sendiri yang telah dimodifikasi seperti di atas, yang masing-masing berjarak 2 minggu.
Para peneliti kemudian membagi para peserta penelitian menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok pertama mendapat dosis kedua vaksin DPT (dosis sangat kecil) pada tempat di mana sel-sel tubuhnya akan disuntikkan kembali keesokkan harinya. Sedangkan kelompok ke 2 hanya menerima plasebo.
Para peneliti menduga bahwa suntikan vaksin tetanus mini ini akan membuat sistem kekebalan tubuh terstimulasi pada daerah kulit tersebut sehingga tubuh pun menjadi lebih siap menghadapi apa yang akan datang berikutnya.
Penyuntikan sel dilanjutkan setiap bulannya hingga hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan bahwa tumor terus berkembang.
Di antara para peserta penelitian pada kelompok ke 2, hanya 1 orang yang dapat bertahan hidup selama 2 tahun setelah diagnosa ditegakkan. Ia berhasil bertahan hidup selama sekitar 3.5 tahun.
Hasil ini lebih baik pada para peserta penelitian yang menerima vaksin tetanus mini. 4 orang di antara para peserta di kelompok pertama dapat hidup selama lebih dari 2 tahun, sementara itu 1 orang di antaranya dapat bertahan hidup selama hampir 5 tahun, dan 1 orang lainnya dapat bertahan hidup selama hampir 6 tahun.
Salah seorang di antara peserta penelitian berhasil bertahan hidup hingga sekarang, dialah Sandy Hillburn, 68 tahun dari Fort Lee, New Jersey. Saat pertama kali didiagnosa menderita glioblastoma, dokternya memberitahunya bahwa ia hanya akan hidup selama 2-3 bulan lagi.
Akan tetapi, keluarganya pun kemudian membawanya ke Duke University Medical Center di Carolina Utara karena mereka memiliki reputasi yang sangat baik mengenai glioblastoma. Ia pun ditawari kesempatan untuk ikut serta dalam sebuah penelitian. Ia pun segera menerima tawaran tersebut dan berterima kasih atas kesempatan yang diberikan.
Beberapa tahun sejak itu, ia pun masih dapat menghadiri acara pernikahan putranya dan melihat kelahiran 5 orang cucunya. Hingga saat ini pun ia masih sering bermain sepak bola bersama 6 orang cucu laki-lakinya di Ohio dan Boston.
Hillburn tetap datang ke Duke sebulan sekali untuk menerima suntikan sel. Para peneliti pun masih tidak mengetahui mengapa ia dapat bertahan hidup hingga sekarang ini.
Sumber: huffingtonpost