Sebuah penelitian baru menemukan bahwa terapi testosteron yang digunakan untuk membantu mengatasi disfungsi seksual dan penurunan gairah seksual dapat meningkatkan resiko terjadinya serangan jantung.
Pada penelitian ini, para peneliti mengamati lebih dari 55.000 pria, di mana pria yang berusia lebih dari 65 tahun dan menggunakan terapi testosteron mengalami peningkatkan resiko terjadinya serangan jantung hingga 2 kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak menggunakan obat atau terapi testosterone ini.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa terjadi peningkatan resiko terjadinya serangan jantung yang tidak terlalu berat hingga 2 kali lipat pada pria yang berusia kurang dari 65 tahun dengan riwayat penyakit jantung setelah memulai penggunaan terapi testosteron.
Pria yang tidak menggunakan terapi testosterone memiliki resiko serangan jantung sebesar 5 per 1.000 pria setiap tahunnya. Sementara itu, pria yang menggunakan terapi testostern dan berusia 65 tahun atau kurang dari 65 tahun dengan riwayat penyakit jantung mengalami peningkatan resiko hingga 10 per 1.000 pria setiap tahunnya. Para peneliti juga telah mempertimbangkan faktor resiko serangan jantung lainnya seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kebiasaan merokok.
Seiring dengan semakin bertambahnya usia seorang pria, maka produksi testosteron pun akan menurun. Pada beberapa pria, kadar testosteron sangat rendah hingga menyebabkan terjadinya berbagai gangguan kesehatan.
Sebuah penelitian lainnya di tahun 2010 menemukan bahwa terjadi peningkatan kasus serangan jantung, stroke, dan kematian di antara 1.223 pria yang menggunakan terapi testosterone dibandingkan dengan 7.486 pria yang tidak menggunakan terapi ini.
Akan tetapi, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak testosteron pada kesehatan jantung seorang pria untuk menemukan bukti kuat mengenai peningkatkan resiko serangan jantung pada para pengguna terapi testosteron.
Sumber: npr