Lupus adalah kondisi autoimun, tetapi penyebab pastinya tidak jelas.
Sistem imun yang melindungi tubuh dan untuk melawan antigen, seperti virus, bakteri, dan kuman. Sistem ini menghasilkan protein yang disebut antibodi. Sel darah putih, atau limfosit B.
Ketika seseorang memiliki kondisi autoimun, seperti lupus, sistem kekebalan tubuhnya tidak dapat membedakan antara zat yang tidak diinginkan, atau antigen, dan jaringan sehat.
Akibatnya, sistem kekebalan mengarahkan antibodi terhadap jaringan sehat dan antigen. Ini menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan kerusakan jaringan.
Jenis autoantibodi yang paling umum yang berkembang pada orang yang terjangkit lupus adalah antibodi antinuklear (ANA). ANA bereaksi dengan bagian-bagian inti sel, pusat komando sel.
Autoantibodi ini bersirkulasi dalam darah, tetapi beberapa sel tubuh memiliki dinding yang cukup permeable (dapat ditembus oleh partikel) untuk membiarkan beberapa autoantibodi melewatinya.
Autoantibodi kemudian dapat menyerang DNA di dalam nukleus sel-sel ini. Inilah sebabnya mengapa lupus mempengaruhi beberapa organ dan bukan yang lain.
Mengapa sistem kekebalan tubuh menjadi tidak benar?
Beberapa faktor genetik mungkin mempengaruhi perkembangan SLE. Beberapa gen dalam tubuh membantu sistem kekebalan tubuh berfungsi. Pada orang dengan SLE, perubahan gen ini dapat menghentikan sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik.
Menurut Genetics Home Reference, satu teori yang memungkinkan berkaitan dengan kematian sel, adalah proses alami yang terjadi ketika tubuh memperbarui sel-selnya.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa, karena faktor genetik, tubuh tidak menyingkirkan sel-sel yang telah mati.
Sel-sel mati yang tersisa dapat melepaskan zat-zat yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi.
Faktor risiko: Hormon, gen, dan lingkungan.
Lupus dapat berkembang sebagai respons terhadap sejumlah faktor. Ini mungkin hormonal, genetik, lingkungan, atau kombinasi dari ini.
1) Hormon.
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi tubuh. Mereka mengontrol dan mengatur aktivitas sel atau organ tertentu.
Aktivitas hormonal bisa menjelaskan faktor-faktor risiko berikut:
Jenis Kelamin: Lembaga Kesehatan Nasional AS mencatat bahwa perempuan sembilan kali lebih mungkin menderita lupus daripada laki-laki.
Umur: Gejala dan diagnosis sering terjadi antara usia 15 dan 45 tahun, selama bertahun-tahun melahirkan. Namun, 20 persen kasus muncul setelah usia 50 tahun, menurut Genetics Home Reference.
Karena 9 dari 10 kejadian lupus mempengaruhi wanita, para peneliti telah melihat kemungkinan hubungan antara estrogen dan lupus. Baik pria maupun wanita menghasilkan estrogen, tetapi wanita menghasilkan lebih banyak.
Dalam review yang diterbitkan pada tahun 2016, para ilmuwan mengamati bahwa estrogen dapat mempengaruhi aktivitas kekebalan tubuh. Ini mungkin menjelaskan mengapa penyakit autoimun lebih mungkin mempengaruhi wanita daripada pria.
Pada tahun 2010, para peneliti dalam jurnal Rheumatology menemukan bahwa wanita dengan lupus melaporkan rasa sakit yang lebih parah dan kelelahan selama menstruasi.
Bagaimanapun tidak ada bukti yang cukup untuk mengkonfirmasi bahwa estrogen menyebabkan lupus.
2) Faktor genetic.
Para peneliti belum membuktikan bahwa faktor genetik tertentu menyebabkan lupus, meskipun lebih sering terjadi pada beberapa keluarga.
Ras: Orang dengan latar belakang apa pun dapat mengembangkan lupus, tetapi dua sampai tiga kali lebih umum pada orang kulit berwarna, dibandingkan dengan populasi kulit putih. Ini juga lebih umum pada wanita Hispanik, Asia, dan penduduk asli Amerika.
Riwayat keluarga: Seseorang yang memiliki tingkat pertama atau kedua dengan lupus akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terjangkit penyakit ini.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi gen tertentu yang dapat berkontribusi pada perkembangan lupus, tetapi tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa mereka menyebabkan penyakit.
Dalam studi tentang kembar identik, satu kembar dapat terjangkit lupus sementara yang lain tidak, bahkan jika mereka tumbuh bersama dan memiliki eksposur lingkungan yang sama.
Jika salah satu anggota pasangan kembar memiliki lupus, yang lain memiliki kemungkinan 25 persen untuk terjangkit penyakit ini, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Seminar di Arthritis dan Rheumatism pada 2017.
Lupus dapat terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga, tetapi mungkin ada penyakit autoimun lain dalam keluarga. Contohnya termasuk tiroiditis, anemia hemolitik, dan purpura trombositopenia idiopatik.
3) Lingkungan.
Lingkungan yang terkontaminasi bahan kimia atau virus - dapat menjadi pemicu lupus pada orang yang rentan secara genetis. Termasuk: merokok, terpapar langsung oleh sinar matahari, Infeksi virus dan obat-obatan.
Sumber : www.medicalnewstoday.com