Jatuh sakitnya sang ayah setelah kematian bayi lelakinya yang baru saja lahir membuat para peneliti mencurigai adanya suatu penyakit yang diturunkan dalam keluarga tersebut. Dengan menggunakan analisis genom, para ahli pun mulai meneliti apa sebenarnya yang terjadi pada ayah dan anak tersebut.
Erik Drewniak yang baru berusia 43 tahun dilarikan ke rumah sakit dengan gejala demam tinggi, gangguan pernapasan berat, dan perdarahan di dalam paru-paru, usus, dan otaknya. Ia tampaknya mengalami gejala yang sama dengan apa yang dialami oleh anak lelakinya yang meninggal beberapa saat sebelumnya saat masih berusia 23 hari.
Untuk mengetahui apakah gejala yang dialami oleh Drewniak ini sama dengan anaknya yang telah meninggal, para peneliti kemudian melakukan analisis genom.
Melalui pemeriksaan ini, para peneliti menemukan bahwa Drewniak mengalami mutasi baru pada suatu protein, yang tidak terdapat pada kedua orang tuanya, tetapi tampaknya diturunkan pada anak lelakinya. Mutasi ini tampaknya mengganggu proses terbentuknya reaksi peradangan di dalam tubuh.
Dengan penemuan tersebut, para dokter yang merawat Drewniak pun mulai menyusun rencana pengobatan baru, yang pada akhirnya membuat Drewniak dapat keluar dari rumah sakit.
Pada saat Drewniak kembali mengingat masa lalunya, ia ingat bahwa saat baru dilahirkan ia juga mengalami gejala serupa. Ia juga mengatakan bahwa ia seringkali mengalami demam tinggi bila ia merasa stress atau kelelahan, bahkan hingga saat ini.
Sumber: foxnews