Anda mungkin sudah sering mendengar bahwa apa yang Anda makan juga dapat menunjukkan siapa diri Anda yang sebenarnya, akan tetapi peran makanan tidak hanya demikian. Apa yang Anda makan ternyata juga dapat membantu mencegah terjadinya beberapa jenis kanker lho, termasuk kanker prostat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengikuti pola makan "barat" yang terdiri dari banyak daging, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker prostat, khususnya bentuk yang agresif dibandingkan dengan jenis diet lain yang lebih banyak mengkonsumsi sayuran.
Untuk membuktikan benar tidaknya hasil beberapa penelitian di atas, sejumlah peneliti pun melakukan penelitian lainnya untuk mencari tahu apakah benar pola makan yang terdiri dari banyak sayuran dan sedikit daging dapat membantu menghambat pertumbuhan sel kanker prostat stadium awal.
Baca juga: 9 Makanan Pencegah Kanker Payudara
Pada penelitian ini, para peserta diminta untuk mengkonsumsi 9 porsi buah dan sayuran setiap harinya. Jumlah ini 3-4 porsi lebih banyak daripada yang biasa dikonsumsi oleh kebanyakan orang Amerika. Selain itu, mereka juga diminta untuk mengkonsumsi 2 porsi gandum utuh dan 1 porsi kacang-kacangan.
Peserta penelitian terdiri dari para pria yang berusia antara 50-80 tahun, yang menderita kanker stadium awal dan belum menerima pengobatan apapun. Peneliti kemudian membagi peserta menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 diminta untuk mengikuti pola makan di atas, sedangkan kelompok 2 hanya diminta untuk meneruskan pola makan "barat" mereka.
Selama 2 tahun penelitian berlangsung, para peneliti pun melakukan pemeriksaan darah secara teratur untuk mengukur kadar antioksidan dan nutrisi peserta, serta mengukur kadar PSA dan melakukan biopsi prostat untuk mencari tahu apakah sel kanker telah berkembang.
Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa pola diet yang dianjurkan peneliti tampaknya memiliki dampak positif (menghambat perkembangan sel kanker), akan tetapi penelitian ini masih berlanjut untuk mencari tahu apakah dugaan para peneliti memang benar atau tidak.
Ingin tahu informasi lebih lanjut mengenai topik ini? Tanya langsung ke dokter kami di fitur Tanya dokter sekarang.
Sumber: health.harvard