Tertahannya garam dan air di dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada pergelangan kaki dan kaki (edema) atau pada perut (asites) pada penderita sirosis hati. Oleh karena itu, dokter biasanya membatasi konsumsi garam (natrium) dan cairan penderita untuk mengurangi edema dan asites.
Jumlah garam dalam makanan biasanya dibatasi hanya sebesar 2 gram setiap harinya dan hanya boleh mengkonsumsi 1.2 liter air putih setiap harinya. Pada sebagian besar pasien, pembatasan konsumsi garam dan cairan saja biasanya tidak cukup dan diperlukan pemberian obat diuretika.
Obat diuretika merupakan obat-obatan yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan pengeluaran garam dan air dari dalam tubuh melalui air kemih. Kombinasi spironolakton dan furosemid dapat membantu mengurangi atau mengatasi edema dan asites pada sebagian besar penderita.
Selama pemberian diuretika, diperlukan pengawasan ketat pada fungsi ginjal dengan cara mengukur kadar BUN (blood urea nitrogen) dan kreatinin untuk memeriksa apakah diuretika yang diberikan terlalu banyak atau tidak. Mengkonsumsi terlalu banyak diuretika dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, yang tampak melalui peningkatan kadar BUN dan kreatinin di dalam darah.
Kadangkala, pemberian obat diuretika juga tidak dapat mengatasi asites (asites refraktori), maka dokter akan melakukan aspirasi cairan asites, yaitu mengeluarkan cairan asites secara langsung melalui jarum suntik atau kateter (parasentesis abdominal). Cairan asites dapat sangat banyak, hingga beberapa liter yang menyebabkan perut terasa keras, nyeri, dan atau kesulitan bernapas karena terbatasnya pergerakan diafragma.
Pengobatan lain untuk mengatasi asites refraktori adalah transjugular intrahepatic portosystemic shunting (TIPS), yang juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi perdarahan akibat varises.
Sumber: medicinenet