Menurut dua buah penelitian terbaru, orang yang akhir-akhir ini baru saja menderita serangan asma atau bagi penderita asma yang membutuhkan obat-obatan untuk mengatasi berbagai gejala asmanya, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung.
Baik asma dan penyakit jantung berhubungan dengan peningkatan jumlah proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Salah satu penelitian di atas memfokuskan penelitiannya pada apakah penderita asma berat yang bergantung pada obat-obatan setiap harinya memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah dibandingkan dengan penderita asma lainnya yang memiliki gejala yang lebih ringan dan lebih jarang menggunakan obat-obatan.
Pada penelitian ini, para peneliti di Amerika mengamati sekitar 6.792 orang yang rata-rata berusia 62 tahun dan memiliki gejala awal dari gangguan jantung di awal penelitian.
Setelah melakukan beberapa penyesuaian terhadap berbagai faktor resiko penyakit jantung lainnya dan melakukan pengamatan pada para peserta penelitian selama 10 tahun, para peneliti menemukan bahwa para penderita asma yang bergantung pada obat-obatan untuk mengatasinya gejalanya memiliki resiko yang lebih tinggi yaitu hingga 60% untuk menderita serangan jantung, stroke, atau berbagai gangguan jantung dan pembuluh darah lainnya dibandingkan dengan orang lain yang tidak menderita asma.
Para peserta penelitian yang mengkonsumsi obat-obatan asma memiliki jumlah proses peradangan yang lebih tinggi di dalam tubuh, yang terlihat melalui lebih tingginya kadar marker inflamasi, termasuk C reaktif protein dan fibrinogen (untuk mengukur kekentalan darah yang diperburuk oleh proses inflamasi di dalam tubuh).
Sementara itu, para peneliti menemukan bahwa orang yang jarang menggunakan obat-obatan asma memiliki marker inflamasi dalam jumlah sedang.
Pada penelitian kedua, para peneliti Amerika dan Korea mengamati sekitar 543 orang yang pernah mengalami serangan jantung dan membandingkannya dengan 543 orang yang tidak pernah menderita serangan jantung, yang memiliki usia (rata-rata berusia 67 tahun) dan jenis kelamin yang sama.
Setelah mengendalikan berbagai faktor resiko penyakit jantung lainnya seperti obesitas, tekanan darah tinggi, merokok, diabetes, dan kadar kolesterol darah yang tinggi; para peneliti menemukan bahwa penderita asma memiliki resiko yang lebih tinggi (sekitar 69%) untuk mengalami serangan jantung dibandingkan dengan orang yang tidak menderita asma.
Para peneliti juga menemukan bahwa penderita asma aktif, yang menggunakan obat-obatan dan memeriksakan diri secara teratur untuk mengatasi berbagai gejala asma yang dialaminya selama 1 tahun terakhir memiliki resiko yang lebih tinggi (2 kali lipat) untuk mengalami serangan jantung dibandingkan dengan penderita asma lainnya yang tidak pernah mengalami serangan akhir-akhir ini.
Sumber: webmd